Value-based To-Do List : Strategi memilah pekerjan yang penting dan tidak penting

Aef Setiawan
2 min readJun 30, 2020

--

https://unsplash.com/photos/RLw-UC03Gwc

Teori manajemen mengajarkan untuk memilah mana pekerjaan penting dan tidak. Dalam Eisenhower matrix misalnya, kita diajarkan untuk memilah mana pekerjaan mana yang sangat penting, penting dan tidak penting. Ini yang paling sering digunakan saat ini.

Tapi masalahnya mengetahui mana yang penting dan tidak itu tidak mudah. Karena yang terjadi kita sering merasa pekerjaan itu penting, tapi setelah dikerjakan terjadi tidak. Saya sering mengalami seperti itu, saya membuat list pekerjaan yang penting dan tidak. Tapi setelah dievaluasi, pekerjaan yang semula saya anggap penting terjadi tidak memberikan value apapun.

Karena seringkali tidak akurat, saya merumuskan pendekatan baru untuk dalam memiliah pekerjaan. Yaitu berdasarkan pendekatan value. Saya mendefinisikan apa yang penting dan yang tidak itu berdasarkan kadar value dari pekerjaan itu sendiri. Jika valuenya tinggi artinya pekerjaan itu penting, jika rendah bahkan tidak ada maka itu tidak penting.

Omong-omong value itu apasih? Buat saya definisi value itu sederhana. Sesuatu yang bermamfaat untuk hidup kamu atau orang lain. Nilai kebermamfaat itu diukur dari kelangkaannya. Semakin langka, maka kebermamfaatnya semakin tinggi.

Uang 2 juta rupiah itu sangat valuable bagi orang yang pendapatannya paling besar hanya 1 juta per bulan. Tapi buat orang yang pendapatannya 1 milyar per bulan, uang 1 juta itu tidak valuable. Jadi, sifat value bagi setiap orang itu berbeda.

Maka, apa yang penting dan tidak penting untuk setiap orang berbeda. Bagi saya yang sedang merintis bisnis, mendapatkan omzet itu pekerjaan yang valuable. Buat bisnis yang sudah mulai stabil, pekerjaan mendapatkan profit itu menjadi sangat valuable.

Jika kamu sedang mengerjakan skripsi, bimbingan pada dosen itu bisa jadi sangat valuable. Sementara mencari tempat fotokopian untuk menjilid skripsi adalah pekerjaan yang tidak sangat bernilai.

Jadi, pendekatan value-based ini bisa dipakai oleh siapa saja dan tidak harus dibisnis. Frameworknya simpel, pisahkan mana yang valuable dan mana yang tidak.

Biar gampang dimengerti, saya beri contoh kasus bagaimana saya melakukannya.

Kebetulan saya sedang merintis bisnis baru, usaha grosiran gula pasir. Di fase ini yang sangat valuable buat saya adalah pendapatan, omzet. Kenapa valuable? Karena dari omzet ini bisnis saya bisa berputar. Kalau gak muter artinya gak jalan.

Nah, bagaimana mendapatkan omzet? Saya harus mendapatkan konsumen baru dan melayani konsumen lama setiap harinya. Untuk mendapat konsumen baru, saya harus ngiklan di facebook ads.

Maka, pekerjaan yang valuable buat saya adalah ngiklan untuk mendapatkan banyak prospek baru dan jumlah yang closing.

Pekerjaan mencatat keuangan, rencanan mencari karyawan, mencari ruko, itu pekerjaan yang tidak valuable. Karena tidak bermamfaat untuk fase bisnis saat ini. Pekerjaan itu akan valuable nanti, saat bisnis yang saya rintis sampai pada fase tertentu.

--

--