Aef Setiawan
1 min readOct 9, 2021

Tentang Metrics

Sekitar tahun 2010, Manchester City mendatangkan dua gelandang. Yaya Toure dan David Silva.

Tujuan utama dari mendatangkan dua pemain ini adalah meningkatan passing completion rate di sepertiga akhir.

Keberhasilan umpan di sepertiga akhir adalah metrik kunci untuk mendapat kualitas peluang mencetak goal.

David Silva dan Yaya Toure memiliki kualitas yang mampu meningkatkan metrik itu. Sejak kedatangan mereka passing completion rate naik hingga 7,7%.

Jika Anda awam dengan dunia anilitik dan taktikal dengan sepakbola, istilah passing completion rate itu gak penting. Kan yang penting goalnya.

Begitu juga ketika Anda awam dengan manajerial bisnis, penilaian cenderung dari hasil akhir. Misal bisnis bagus kalau omzet besar, penjualannya banyak atau timnya banyak.

Anda akan mengabaikan metrik standar semacam Costumer Acquisition Cost (CAC) atau Cost Per Leads (CPL). Karena yang penting bagi Anda adalah untungnya gede.

Tapi Anda tidak tahu proses detail untuk mendapat untung gede itu seperti apa.

Apa pekerjaan, jika itu dilakukan dengan benar, maka akan menghasilkan keuntungan yang besar secara konsisten. Inilah yang harus dicari dan diukur.

Dalam sepakbola, jika Anda ingin mendapat peluang yang berkualitas untuk mencetak goal, maka keberhasilan umpan di sepertiga akhir harus tinggi.

Gimana tim Anda mau mencetak goal jika pemain salah passing terus saat membangun serangan. Ngumpannya yang bener dulu nanti baru muncul peluang. Dari sekian peluang itu nanti ada saja yang masuk menjadi goal.