Aef Setiawan
2 min readNov 22, 2019

Saya rasa Mourinho tidak cocok untuk ditonton oleh anak di bawah umur. Sikapnya arogan dan gemar mengajak orang berkelahi kata-kata. Anak kecil yang arogan dan gemar mengajak kelahi adalah calon-calon brandal.

Tapi orang dewasapun tidak suka Mourinho. Cara bermainnya pragmatis, yang penting menang. Ia akan memarkir truk didepan gawang untuk mempertahankan keunggulan.

Ketika sesi talkshow di Sky Sport ia ditanya apa filosofinya, ia bilang “tergantung”. Ya, tergantung kondisi permainan. Toh percuma main cantik dengan penguasaan bola, tapi ujung-ujungnya kalah. Filosifi saya ya kemenangan, kata Mou Enteng. Sah dia memang pragmatis.

Sekarang dia menukangi Spurs, klub asal London itu. Kita tahu pasti apa alasan Daniel Levy, chairman Spurs, merekrutnya. Tapi Levy adalah pebinis, dan kita sama-sama tahu, pebisnis itu punya filosofi yang sama, pragmatis.

Spurs sudah menghabiskan banyak uang. Untuk bikin stadion baru dan membeli pemain bagus yang harga tak murah. Tanguy Ndomble dan Giovanni Le Coelso. Tapi, sekarang mereka bermain terseok-seok.

Jika saya jadi Daniel Levy, saya juga akan berpikir sama, bagaimana investasi aman. Maka caranya cari cara praktis saja. Dan Mourinho adalah orang yang tepat untuk mendapat hasil instan.

Sepakbola modern, adalah bisnis yang padat modal. Ia lebih menyerupai korporasi yang menjual konten sepakbola ketimbang olahraga. Di liga inggris, memenangi Liga tentu impian semua klub, tapi dari kacamata bisnis, masuk empat besar itu sudah sangat bagus. Dan sangat sulit tentu saja.

Liga Inggris dapat empat jatah wakil di Liga champion. Konon, disinilah lokasi sumber kekayaan yang berlimpah. Setiap klub yang bermain disini akan mendapat banyak uang.

Dari artikel yang pernah saya baca, alasan klub inggris menghamburkan jumlah uang yang tidak masuk akal untuk membeli pemain supaya masuk liga champion ini. Mereka akan beli pemain berapa saja harganya asal main bagus, dan membatu mereka masuk ke zona liga champion.

Seorang teman bercerita, liga inggris dan camphion adalah cara mudah untuk memahami bagaimana kapitalisme abad 21 bekerja. Yaitu mengerjar pertumbuhan tanpa batas.

Menjadi juara liga champion adalah puncak dari pertumbuhan. Ibarat pohon piala liga champion adalah pucuk. Untuk masuk ke kompetisi elit ini di liga inggris mereka harus duduk diperingkat empat minimal.

Dan Levy tentu menarget itu minamal kepada Pochetino. Beberapa musim terakhir, pochet memang berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Spurs menjelma menjadi klub penantang dan pesaing gelar liga dan masuk empat besar.

Barangkali di pikiran Levy, jika masuk empat besar maka ia bisa membayar angsuran pembangunan stadion. Ini mirip seperti pemilik kedai kopi yang harus minimal menjual sejumlah cangkir kopi agar cukup untuk operasional. Ini mirip seperti Arsenal dulu, yang selama hampir 10 tahun harus nyicil angsuran. Tapi Wenger bisa konsisten masuk empat besar. Dan Pochet tidak bisa.

Tapi mungkin Levy ingin mendapat trofi secara instan. Dan saya percaya Mourinho bisa memberikannya, dengan jalan-jalan pragmatisnya itu.