Mental Feodal

Aef Setiawan
2 min readFeb 16, 2018

Masyarakat feodal selalu menghasilkan manusia dengan dua tipe mental. Pertama manusia bermental atasan, kedua manusia bermental bawahan.

Manusia pertama selalu ingin ada di posisi atas. Juga ingin dihormati dan didengar oleh manusia tipe bawahan. Manusia tipe kedua selalu tidak punya rasa percaya diri dan rasa rendah diri. Mereka menerima dan betah ada dibawah.

Orang Indonesia punya sejarah feodal yang kuat. Kerajaan di tanah jawa contohnya. Sekalipun berlabel kerajaan Islam, suatu agama pembebas dan egaliter, tapi praktik budayanya feodal. Dihadapan raja, seorang abdi dalam dan rakyat jelata harus berlutut dengan sikap ngapurancang.

Budaya seperti ini dipelihara dengan baik oleh elite penguasa. Raja adalah penguasa yang bersifat kondrati, dan secara sosial lebih tinggi. Maka harus dihomarti. Sementara rakyat jelata, secara kondrat lebih rendah. Dan akan selamanya rendah.

Ketika Kompeni datang, ia mengambil keuntunga dari struktur feodal di masyarakat. Kompeni tidak mencopot raja atau sultan, selama ia masih mau mengabdi pada kepentingan dagang mereka.

Para elite penguasa lokal diperas oleh elite pengusaha kompeni. Lalu elite penguasa lokal memeras rakyat jelata. Begitulah strukturnya, sehingga rakyat tertindas. Orang yang tertindas akan musnah sisi kemanusiaannya, mereka tidak mampu lagi berbudaya. Sifat manusianya hilang, sisalah sisa kebinatangnnya.

Jika mereka lapar, mereka mudah berkelahi dengan sesamanya. Saling curiga, saling intai, bahkan saling tikam. Sementara para elite penguasanya berselingkuh, bekerjasama menikmati hasil perasan keringat rakyat jelata.

Kompeni sudah tidak ada. Penjajajan purba sudah berakhir. Tapi selama menjajah, ia meninggalkan sistem yang mengurat mengakar. Yang nantinya dipakai oleh para kaum pribumi.

Jika elite kekuasan tempo dahulu dipegang oleh raja dan keluarganya, kini elite kekuasaan ada ditangan kaum terdidik dengan mental kolonial. Sama seperti raja tempo dahulu, banyak dari mereka juga arogan. Selalu ingin dihormati dan di dengar. Mereka juga berselingkuh dengan para elite pemodal.

Bersama dengan selingkuhannya itu, mereka bekerjasama memeras orang yang berada distruktur di bawahnya. Yaitu rakyat jelata. Sama seperti jaman kolonial, mereka kehilangan aspek kemanusiannya. Tidak mampu berbudaya dan banyak yang tidak mampu makan.

Struktur feodal semacam ini sebenarnya masih kuat dalam masyarakat. Hanya rupa dan bentuknya saja yang berbeda. Dan bagi saya, kemerdekan itu adalah saat kita berhasil bebas dari paham purba semacam ini.

Apa ciri orang merdeka bagi saya? Sederhana. Yaitu saat kita menjadi manusia yang utuh. Jika sudah menjadi manusia, kita tidak perlu lagi curiga dan rasa ingin mengalahkan manusia lain. Tidak perlu ingin menang-menangan apalagi dengan sesama saudara sebangsa.

--

--

No responses yet