Mental belajar, Inkompetensi, dan passion

Aef Setiawan
2 min readSep 14, 2019
Photo by Element5 Digital on Unsplash

Sekarang lagi rame soal tema pengebirian KPK oleh pemerintah dan DPR. Temen-temen di medsos lagi riuh ngomongin isu ini.

Saya juga dulu sangat intens ngegunjing negara atau bahas tema-tema ekonomi politik di meja-meja diskusi.

Kalau lagi diskusi, bahasanya pake istilah yang ndakik-ndakik, biar terkesan intelektuil. Mahasiswa yang gak pernah nyentuh buku teori sosial bakal planga-plongo doang kalo ikut nimbrung.

Temen-temen kelompok diskusi memang pembaca buku yang baik. Akrab dengan produk pemikir besar seperti Cak Nur, Descartes, Kiekergard, Marx, Engles atau atau Adam Smith.

Time flies. Waktu terus berlajan. Sekarang gak intens lagi ngomongin ekonomi politik. Semuanya sudah mulai merintis karier masing-masing. Ada yang merintis jadi profesional, akademisi dan bisnis.

Diantara temen diskusi dulu, beberapa masih sering ketemu dan kerja bareng. Keahlian yang paling menonjol dari mereka adalah kemampuan konseptual dan problem solvingnya yang bagus.

Mereka tau bagaimana bersikap yang tepat ketika kalau ada masalah. Jika ada pekerjaan yang sulit, mereka mencari tahu dengan membaca buku atau sekadar gooling di internet. Jika mentok ya bertanya pada orang lain yang lebih tau.

Ini adalah mental belajar. Semakin besar masalah yang datang, semakin dalam seseorang mencari tahu cara untuk menyelesaikannya. Salah satunya dengan membangun habit membaca.

Kalau dalam konteks teman-teman saya, habit membaca sudah dibangun sejak masa-masa seneng ngopi sambil diskusi dulu. Saat masih suka ngegibahin perilaku politisi yang gak becus ngelola negara.

Membaca buku itu bukan hobi, tapi ia bagian dari cara belajar. Cara belajar yang terus diulang ia akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan membaca akan melatih kemampuan curiosity, rasa ingin tahu.

Jika kamu menghadapi kesulitan, namun punya rasa ingin tahu yang tinggi, kamu secara otomatis akan mencari tahu. Bukan mengeluh dan bengok-bengok “this is not my passion!”.

Seringkan nemu orang yang aslinya gak kompeten tapi bersembunyi dibalik kata “aku tidak passion!”. Padahal yang sebenarnya terjadi, bisa saja, mental belajarnya yang buruk.

--

--