Managing Complex Change

Aef Setiawan
3 min readMay 18, 2021

Saya menggunakan Managing Complex Change Chart untuk mengidentifikasi sebenarnya apasih masalah fundamental (issue) yang saya hadapi dan bagaimana cara menyelesaikannya.

Buat yang belum tau apa itu Complex Change Management, Silahkan lihat gambar di bawah ini.

Kali ini saya tidak menjelaskan bagaimana membaca tabel diatas. Mungkin di lain tulisan atau Anda bisa membacanya ditempat lain. Ini teori populer jadi sudah banyak yang membahas.

Disini saya akan membahas bagaimana menggunakan konsep ini untuk mencari masalah fundamental (issue) yang sebenenarnya saya hadapi. Kemudian menentukan apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikannya.

Saya menggunakan cerita yang berdasarkan apa yang saya lakukan sehari-hari. Yaitu mengembangkan bisnis online saya sendiri. Jadi ceritanya begini.

Saat ini toko online saya baru mampu menjual diangka puluhan transaksi sehari. Kadang 20, kadang 50, kadang 90. Empat minggu terakhir konsisten diangka puluhan.

Saya ingin menaikan level penjualan menjadi ratusan transaksi sehari. Sebulan 100 sampai 150 penjualan perhari. Pokoknya yang penting masih diangka 100, gak boleh balik lagi ke angka puluhan penjualan sehari.

Oke, ceritanya sampai disini.

Sekarang saya merenung apa yang saya rasakan saat ini ketika ingin meningkatan penjualan dari level puluhan ke ratusan perhari. Nah ini yang saya rasakan.

Pertama saya merasa frustasi (frustation). Kedua saya merasa cemas (anxiety).

Saya sudah jujur pada apa yang dirasakan. Sekarang saya tinggal membuat pertanyaan sederhana.

Kenapa saya merasa frustasi?

Saya lihat lagi konsep managing complex change diatas. Frustasi itu sebabkan oleh karena kurang atau tidak adanya sumberdaya. Lack of resources. Ya sesederhana itu.

Saya ingin meningkatkan level penjualan dari puluhan menjadi ratusan which is butuh modal. Saya kasih gambaran buat kamu berapa modal yang dibutuhkan.

Katakanlah Harga Pokok Penjualan (HPP), di dalamnya sudah termasuk harga beli produk dan ongkos iklan, itu sebesar 70 rb per satu produk. Produknya misal Sandal.

Jika saya rata-rata bisa jual sebanyak 20 pasang sandal sehari, maka modal saya adalah:

Per hari: 20 x 70.000 = 1.400.000 atau 42.000.000 juta dalam sebulan dengan asumsi tanpa libur.

Sekarang bagaimana jika situasinya berubah. Penjualan per hari rata-rata 100 pasang sendal.

Maka 100 x 70.000 = 7.000.000 modal per hari atau 210.000.000 dalam sebulan.

Katakanlah saya punya modal 42 juta saat ini. Tapi bagaimana dengan 210 juta? Saya tidak punya. Dan inilah yang bikin saya merasa frustasi.

Karena mampunya jualan cuma 20 sehari, tapi pengennya 100 penjualan. Hasrat sama kemampuan gak nyambung!

Sekarang sudah ketemu nih issue nya. Ternyata di masalah sumberdaya. Kalau saya punya modal cukup maka tercapailah itu target jual ratusan barang per hari. Artinya akan terjadi perubahan (change).

Katakanlah solusi dari issue sumberdaya ini adalah saya cari pinjaman modal sebanyak 210 juta. Atau mencari orang yang mau invest sejumlah itu.

Tapi saya mulai cemas….

Sekarang kita bahas ke perasaan saya yang kedua. Yaitu perasaan cemas (anxiety).

Saya lihat lagi nih tabel diatas dan mengajukan pertanyaan sederhana. Mengapa saya merasa cemas? Di tabel perasaan cemas muncul karena tidak ada kurangnya keahlian.

Dalam konteks saya, rasa cemas itu berasal dari sini. Jika saya pinjam uang sebesar 210 juta sebagai tambahan modal, bagaimana cara saya mengelolanya supaya bisa mengembalikan.

Mungkin saya sudah bisa ngelola uang modal puluhan juta per bulan. Tapi bagaimana dengan uang modal ratusan juta per bulan?

Nah karena tidak punya kemampuan ini yang bikin saya merasa cemas. Dengan tau apa penyebab kecemasan, maka saya lebih mudah mencari solusi bagaimana mengatasinya.

Misal dengan bertanya pada orang yang berpengalaman mengelola putaran uang sejumlah itu. Atau dengan membaca buku atau mengikuti pelatihan.

--

--