Lima Insight Belajar Facebook Ads, Nomor 5 Bikin Kamu Salto

Aef Setiawan
3 min readApr 4, 2021

Banyak kejadian yang saya alami selama latihan jualan pakai facebook ads selama enam bulan. Saya bagikan apa adanya dan semoga bisa jadi insight yang bermamfaat.

Karena diolah dari pengalaman empiris isinya gak semuanya manis. Tidak berisi kisah-kisah jualan yang sensasional dan delusional. Biasa aja. Karena saya tidak do marketing di tulisan ini. Cuma sharing aja.

Oke, yuk kita mulai.

Facebook ads bukan alat ajaib

Banyak banget cerita pebisnis yang penjualannya meledak sampai ribuan transaksi sehari. Ini gak bohong, sih. Tapi untuk bisa kaya gitu gak cukup dengan bisa ngiklan, punya budget dan produk.

Dulu saya ngira kalau mau ningkatin penjualan cukup cemplungin aja uang di iklan. Etapi bukannya penjualan yang meledak, tapi malah tagihan iklannya. Duh, #goblok banget emang.

Dari situ saya belajar kalau people over the tools. Manusia itu lebih penting daripada alat. Kalau penjualan gak naik, itu bukan karena facebooknya gak efektif. Tapi sayanya aja yang masih #goblok.

Karena facebook ya cuma alat sales dan marketing. Bukan alat ajaib yang bisa bikin kamu tajir kaya Sisca Khol dalam semalam.

Paid Traffic Skill = Cash Flow Management Skill

Kalau spending iklan 1 juta dapat 2 juta, maka kalau saya taruh 50 juta akan akan dapat 50 juta. Secara teoretis ini relevan sebelum sistem Cost on Delivery (COD) populer.

Sekarang hampir 90% metode pembayaran COD. Isunya geser dari spending iklan ke cash flow. Kalau gak bisa ngelola cash flow ngiklan ratusan ribu per hari aja sudah bikin mumet, apalagi yang belasan hingga ratusan juta.

Karena dengan sistem COD uang masuk (cash in) dari konsumen cair 1–2 minggu setelah barang sampai tujuan. Mungkin bisa lebih cepat tapi umumnya segitu, sih.

Kalau gak bener ngurus cash flow, kita bisa kehabisan modal sebelum uang dari ekspedisi cair. Saya beberapa kali ngalamin kaya gini, dan sumpah, mumet banget. Yang besar bukan untungnya, tapi sabarnya.

Bisnis Online itu padat modal

Dulu mulai bisnis online bisa jalan mulus cukup dengan modal iklan tanpa perlu stok barang. Alias main dropship. Dengan sistem ini, kita bisa beli barang dari supplier pakai uang konsumen karena dulu sistemnya transfer.

Tapi dengan sistem COD, game plannya berubah drastis. Karena konsumen hanya bayar saat barang sampai, artinya kita harus nalangin dulu. Nah biaya beli produk ke supplier ini biasanya sama besarnya dengan biaya iklan.

Kalau punya modal 50 juta, 25 jutanya dialokasikan untuk biaya beli produk ke supplier. Sisanya buat iklan, plus pajaknya yang 10% :). Buat yang mikir kalau bisnis online itu lebih murah ketimbang bisnis offline, think twice.

Tapi kelebihan bisnis online yang saya suka, Return on Investment (ROI) yang lebih cepat ketimbang offline.

Biaya Akuisisi Konsumen Makin Mahal

Hit and run itu model bisnis yang penting dapat cuan. Riset produk, nemu yang winning, hajar habis-habisan. Ada banyak orang yang berhasil dengan model bisnis seperti ini. Saya juga sudah nyoba tapi faktanya, bisa hit tapi gak bisa run.

Saya pernah nemu produk yang secara KPI winning. Di test dengan budget 2 juta sepekan tapi cuma dapat 20 sales. Asu tenan. Artinya Cost per Acquisition (CPA) nya 100 ribu. Padahal target CPA 30 ribu.

Untuk menurun CPA mau gak mau berlatih menggunakan sistem after funnel yang secara teknis rumit dan mendetail. Tapi kalau database gak dikelola dan biaya akuisisinya akan semakin mahal.

Karena #gameplan nya udah beda. Harus #adjust dan #adapt.

Tapi dari sini saya belajar bagaimana mengelola database sebagai aset bisnis jangka panjang.

Fokus pada Audience, bukan produk

Pengennya sih konsisten di satu produk, bangun brand. Tapi saat ini posisinya tidak memungkinkan. Pendekatan saya adalah bikin toko online yang melayani kebutuhan calon pembeli disegmen yang saya kenali.

Saat ini saya kenal baik dengan ibu-ibu usia 30–50 tahunan. Maka saya jual apa ajadeh yang mereka butuhin.

Jadi, ketimbang fokus ke produk lebih baik fokus ke orangnya aja. Dengan pendekatan seperti ini saya jadi latihan gimana meningkatkan experience service-nya.

--

--