Kerja Keras + Kerja Cerdas = Work Fucking Harder!

Aef Setiawan
3 min readJun 28, 2020

--

https://unsplash.com/photos/9Q_pLLP_jmA

Dulu saya mengira menjual lewat media sosial itu lebih mudah dan murah. Belakangan mindset ini saya revisi. Faktanya menjual lewat media sosial, atau internet secara umum, itu butuh kerja keras dan tidak murah. Bahkan, kerja keras saja tidak cukup. Harus bisa kerja dengan kerja cerdas.

Tapi banyak orang yang salah paham soal kerja keras dan kerja cerdas. Ada yang mengira jika sudah kerja cerdas, maka ia tidak perlu lagi kerja keras. Tinggal leyeh-leyeh, dan hasil akan datang. Ini bolong besar

Di zaman sekarang orang bekerja dua kali lebih keras dibanding dulu sebelum ada internet. Dulu, jika kamu bisa kerja keras posisimu mungkin jadi sales manager. Kamu yang merumuskan strategi pemasaran dan penjualan. Lalu yang bekerja keras, mengeksekusi strategi yang kamu susun, adalah tim penjualan di lapangan.

Tapi sekarang sudah berbeda. Seorang Customor Service tidak hanya bisa melayani pertanyaan dan keluhan pelanggan. Ia juga dituntut harus bisa melakukan closing penjualan. Jika ada 100 leads masuk dalam sehari dan tidak ada satupun closing, maka ia tidak perform.

Menangani 100 orang dalam sehari itu butuh kerja keras. Untuk bisa menghasilkan closing penjualan kamu harus bisa menjawab dengan persuasif dan benar. Artinya kamu harus bisa kerja cerdas dalam waktu yang bersamaan.

Bayangkan, di level Costumer Service pun saat ini dituntut untuk bisa kerja cerdas dan kerja keras sekaligus. Jika kamu jadi manager marketing, otak kamu lelah berpikir bagaimana caranya mendapat ratusan prospek dalam sehari. Lalu fisik kamu juga lelah karena berjam-jam menangani campaign marketing di laptop. Costumer Service pun begitu, lelah secara fisik menangani banyak prospek dan lelah secara pikiran memikirkan bagaimana bisa closing.

Jadi, kerja keras atau kerja cerdas itu bukan pilihan yang bisa kamu pilih salah satu di jaman sekarang. Tapi harus kamu jalani keduanya. Maka istilah WFH itu sudah tepat, Work Fucking Harder!

Apakah Ada kerja yang gak hard, kerja santai hasil bagus di masa depan?

Saya tidak tahu. Tapi keinginan bekerja lebih ringan, saya kira itu ada di imajinasi para kelas pekerja di abad ke 18 di inggris sana. Angan-angan kerja santai sejenis postang-posting di instagram lalu banjir order itu sudah ada sejak jaman dahulu ketika mesin uap ditemukan.

Ketika mesin uap disempurnakan oleh James Watt, bisa jadi para kelas pekerja berpikir pekerjaan mereka jadi lebih ringan. Pekerjaan memintal sekarang bisa digantikan lebih mesin uap dan jam kerja mereka jadi lebih pendek. Mendapat upah dan mendapat istirahat yang cukup.

Sekadar tahu saja, di jaman itu orang tidak bekerja 8 jam seperti sekarang. Tapi bisa sampai 20 jam dalam sehari. Jadi bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka secara fisik. Jadi dengan adanya mesin uap, jam kerja mereka bisa lebih pendek.

Tapi logika sistem ekonomi kapitalisme tidak punya ruang untuk bersantai. Produktivitas adalah jantung dari kapitalisme, tidak boleh barang sebentarpun berhenti memompa darah. Jika produktivitas berhenti bisnis bisa mati.

Jika dengan tenaga manusia sebuah pabrik bisa memproduksi 100 potong celana, maka dengan adanya mesin uap dalam sehari harus bisa 1000 potong celana. Sehingga adanya mesin tidak mengurangi jam kerja tapi bisa membuatnya lebih panjang.

Sekarang, kamu tidak bekerja disamping mesin uap. Tapi bersama laptop yang bisa kami jinjing kemanapun. Manager di perusahaan tempat kamu bekerja tidak menentukan jam kantor, kamu bebas mau kerja kapan saja dan dimana saja yang penting pekerjaan beres.

Jam 8.00 pagi managermu mengirimkan task yang harus kerjakan hari itu. Jam 9.00 pagi kamu ke kedai kopi, memesan Caffucino panas dan mulai mengerjakan task satu persatu. Tidak lupa upload foto laptop bersama segelas coffe biar untuk membangun kerja santai sesuai passion.

Jam 16.00 semua task selesai, kamu mengirimkan report. Jam 12.00 malam tiba-tiba muncul panggilan WhatsApp, managermu memanggil. “Mas, ini ada kerjaan tadi siang gak pas, tolong direvisi sekarang juga ya. Urgent banget, tolong ya”

--

--