Kamu adalah apa yang kamu makan
Di podcastnya Abu Marlo, Gobind Vashdev kurang lebih bilang gini. Kamu adalah apa yang kamu konsumsi. Mulai dari makanan, informasi hingga oksigen akan menentukan siapa kamu.
Setelah mendengarkan podcast itu saya jadi merenung. Khususnya bagaimana cara saya mengkonsumsi informasi. Karena informasi yang saya miliki mempengaruhi kemampuan saya mengambil keputusan (decision making).
Keputusan yang saya buat itulah yang akan menentukan siapa diri saya. Karena keputusan bergantung pada informasi yang saya konsumsi, maka saya harus belajar pilah pilih. Mana informasi yang sehat dan bukan.
Apa yang saya tuliskan disini masih sebatas renungan loh ya. Masih ada difase refleksi. Saya merenungi bagaimana saya mengkonsumi informasi hari ini dan bagaimana sebaiknya kedepan.
Informasi yang menyuapi ego
Manusia itu selalu mencari pembenaran dari apa yang dikerjakan. Sederhananya kita selalu butuh justifikasi. Saya nih misal sekarang main facebook ads buat jualan.
Agar makin yakin kalau facebook ads itu bagus saya mulai mencari informasi yang menjustifikasi. Nyari informasi yang membenarnya. Nge puk-puk biar hati saya kuat.
Misal nih lihat orang yang dapat milyaran dari facebook ads di youtube. Atau konten sejenis yang jumlahnya seabreg. Informasi semacam ini adalah bagian dari justifikasi yang membuat saya yakin kalau facebook ads itu beneran menghasilkan.
Informasi semacam ini jika digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sangat riskan. Karena kita akan mengambil keputusan berdasarkan ego, bukan berdasarkan realitas.
Karena saya dapat informasi ada yang spending jutaan sehari dan dapat ratusan sales, maka saya ikutan mencoba juga. Dan hasilnya boncos, rugi besar.
Informasinya bisa jadi benar, beneran dapat ratusan sales sehari. Tapi mekanisme saya mengambil keputusan itu yang keliru. Saya mengambil keputusan yang bercampur dengan ego. Ini yang bikin saya merugi.
Rasio vs Emosi
Karena cara memperbaiki keputusan dipengaruhi oleh cara saya mengkonsumi informasi, maka saya membagi informasi menjadi dua bagian.
Pertama informasi yang bersifat rasional. Informasi ini saya gunakan sebagai awalan untuk belajar melihat realitas. Ini tipe informasi yang saya gunakan sebagai dasar mengambil keputusan.
Sumbernya bisa dari buku-buku klasik, jurnal atau obrolan pakar yang saya tahu memiliki kompetensi ilmiah yang baik.
Kedua adalah informasi yang bersifat emosional. Seperti namanya ini adalah informasi yang memantik emosi misalnya seperti konten cara dapat 1 milyar dari facebook ads atau yang sejenis.
Informasi semacam ini saya gunakan hanya sebagai insight bukan sumber primer dalam mengambil keputusan.
Darimana Saya Mengambil Keputusan
Sekarang saya lebih suka mengambil keputusan yang berasal dari ilmu-ilmu fundamental dan generik. Naval Ravikant pernah bilang jika belajar filsafat, sains dan matematika adalah pondasi dari pengetahuan.
Untuk menggali informasi dalam mengambil keputusan saya belajar dari buku yang penulisnya reputasinya sudah dikenal. Sehingga mendalam. Atau mengambil sumber-sumber dari jurnal sebagai informasi pertama.
Kedua dari hasil eksperiment saya sendiri. Saya mengambil keputusan dari hasil kerja-kerja eksperiment saya sebelumnya dan pengetahuan yang saya olah sendiri dari hasil ekperiment ilmiah atau semi ilmiah yang saya jalankan.