Case Study : Re-Design HMI Ibnu Sina

Aef Setiawan
3 min readApr 9, 2018

--

pexels.com

Salah satu yang dihadapi oleh organ eksternal mahasiswa saat ini, selain rendahnya kualitas pengkaderan juga sulitnya mencari kader. Mungkin ini punya keterpautan penting, membentuk sebuah lingkaran. Dimana kuantitas kader punya dampak signifikan pada kualitas kader yang dihasilkan.

Dalam case ini saya mengambil case di salah salah satu komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Himpunan saya sendiri. Kasus yang sering kami adalah kesulitan mendapat kader dari segi kualitas dan kuantitas. Ini masalah menahun dan selalu mengancam keberlangsungan organisasi. Mati karena tak ada lagi yang mengurus.

Lalu, saya membayangkan dimasa depan komisariat melakukan desain ulang kelembagaan agar lebih relevan dengan kebutuhan anak muda sekarang. Organisasi yang memiliki mamfaat langsung bagi mahasiswa saat ini. Untuk mencapai itu, dalam case studi ini saya menetapkan beberapa tujuan :

1. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa di wilayah naungan ibnu sina

2. Re design ulang ibnu sina

Untuk case ini saya menggunakan pendekatan Design Thinking untuk menyelesaikan masalah. Ada 7 proses dalam design thinking. Emphatize, Define, Ideate, Prototype, Test, Implement.

A. Emphatize

Dalam tahap ini, saya mencoba mencari masalah dan persepsi mahasiswa terhadap HMI berdasarkan pengalaman empiris, dan percakapan dengan beberapa orang mahasiswa. Idealnya, dalam proses ini adalah wawanca. Tapi saya belum punya cukup waktu untuk melakukan itu.

Beberapa masalah yang saya kumpulkan sebagai berikut :

1. Resistensi Politik di kalangan mahasiswa cukup kuat, HMI berasosiasi ke arah sana.

2. Resistensi terhadap organ ekstra, karena dianggap terlalu banyak wacana.

3. Resistensi karena ormas dianggap membicarakan hal yang rumit

4. Mahasiswa resisten karena menganggap suka demo, suka protes

5. Mahasasiswa resisten karena tabiat aktivis organ yang buruk. Suka bolos misalnya.

6. Mahasiswa dalam lingkup HMI Ibnu sina mayoritas adalah eksak unsoed dan calon profesional di bidangnya.

7. Khawatir terjerumus dalam Islam yang bukan-bukan

8. HMI tidak mencerminkan Islam secara identitas dan nilai substansial.

B. Define

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi pada proses Empati, maka dapat didefiniskan masalah HMI hari ini, tepatnya Komisariat Ibnu sina, adalah buruknya citra lembaga hampir dalam segala aspek. Ada jarak yang begitu lebar antara idealita dan realita berpraktik kader-kadernya akibat tidak responsive terhadap semangat zaman.

C. Ideate

Dalam proses ideasi ini, saya mencoba mengesplorasi ide-ide inovatif sebagai solusi atas masalah yang telah saya rumuskan dalam tahap define. Berikut beberapa ide inovatif yang saya coba susun :

1. Ibnu sina tidak memposisikan diri sebagai komentator politik praktis negara di ruang apapun

2. Ibnu sina memposisikan diri sebagai lembaga yang membantu karier profesional mahasiswa eksakta yang ingin menjadi anggotanya.

3. Ibnu sina membentuk organisasi atau komunitas disetiap fakultas. Misal komunitas bersifat politis ‘peternak muda’ untuk anak fakultas peternakan. Melalui komunitas itu, output kader adalah profesional peternakan yang politis yang membawa nilai-nilai keislaman.

4. Ibnu sina sebagai lembaga mereposisi diri sebagai ruang, bukan tempat. Ibnu sina menjadi ruang tangki- pemikir (think-thank). Fungsinya adalah ruang pengayaan intelektual, pengaturan strategi, dan keilmuan dan keagamaan, atau sesuatu dengan kualifikasi abstrak.

D. Prototype

Setelah melakukan proses ideasi, tahap selanjutnya adalah melakukan prototype lembaga. Yaitu merancang atau mendesign sebuah model organisasi yang relevan untuk ibnu sina. Pada proses prototipe ini tidak sempurna langsung membuat design secara sempurna, tapi cukup memenuhi Minimum Viable Holacracy (MVH). Standar minimum design organisasi agar dapat di operasikan.

a. Peran (role)

1. Organizer dan Planner

2. Desain Grafis

3. Perencana Timeline Kerja

4. Talent Scout/ Pencari kader-kader potensial

b. Target (target)

1. Mendirikan komunitas terkait peternakan untuk menarik kader dari fakultas peternakan.

2. Mendirikan Komunitas pertanian untuk menarik kader dari fakultas peternakan

3. Mendirian komunitas IT untuk menarik kader dari Amikom

c. Tujuan (goal)

1. Menghimpun kader potensial dari berbagai bidang untuk dibina dan diarahkan sesuai passionnya.

E. Test

Setelah proses pembuatan prototype selesai, tahap selajutnya adalah melakukan ujicoba prototype dilapangan. Tujuan dari ujicoba ini adalah untuk menguji sejauh mana efektivitas prototype berjalan.

Dalam tahap ujicoba ini, prototype terus diperbaiki secara terus menurus agar semakin kuat dan ideal.

--

--