Belajar Menyukai Angka-Angka

Aef Setiawan
2 min readJul 10, 2020

--

Lima hari terakhir saya rutin membuka excel setiap jam 5 sore. Memasukan data pengeluaran, hasil penjualan, jumlah menit workout hari itu.

Ini memang pekerjaan remeh temeh yang saya sepelekan bertahun-tahun. Tapi justru inipula yang membuat banyak urusan hidup dan kerjaan berantakan. Semua hal dibuat dengan kira-kira.

Saya merasa hidup saya selalu progress, lebih baik dari hari kemarin. Tapi itu semua asumsi. Subjektif dan tidak presisi. Sehingga judgement tidak clear, sudah seberapa dekat mencapai tujuan?

Sehingga saya putuskan, semuanya dikuatifikasi dengan angka. Memang, angka tidak bisa menggambarkan realitas secara utuh, tapi angka adalah bahasa yang lugas dan presisi. Saya sadari akan itu.

Soal urusan angka, saya terinspirasi banyak dari sepakbola modern. Performa manager sepakbola bisa diukur dengan mudah dari posisi tim yang dibesutnya di papan klasemen.

Seorang striker diukur dari berapa jumlah goal.Seorang center-back dari jumlah tackle dan cleanshet. Seorang gelandang dari jumlah passing dan juga assist.

Dengan batuan angka ini, seorang pemain bisa melakukan evaluasi mandiri. Apakah seorang pemain sedang high perform, perform atau underperform. Manager juga bisa melakukan judgement pemainnya melalui data, bukan berdasarkan like and dislike.

Menginput data satu persatu itu pekerjaan mendetail. Pekerjaan yang tidak menyenangkan. Apalagi yang diinput data pengeluaran terus tanpa ada pemasukan. Tapi dari sini saya belajar untuk aspek penting dalam berpikir, clarity and precise.

Dengan bicara data, saya bisa bicara dengan tingkat presisi dan kejelasan yang tinggi. Jadi saya bisa bilang saya kerja bagus atau jelek dengan lugas.

Sementara tanpa data, saya akan menggunakan retorika yang cenderung mencari dalih atas kinerja yang saya lakukan. Seorang manager sepakbola mau punya retorika sebagus apapun, jika faktanya timnya di dasar klasemen, ya dia adalah manager terburuk di musim itu.

Begitupun dengan saya. Jika tak ada satupun barang yang terjual, maka saya underperform. Dan saya harus belajar menerima itu semua, tanpa dalih.

--

--