Banyak Membaca, Sesat di Jalan

Aef Setiawan
2 min readJun 27, 2020

--

https://unsplash.com/photos/XqXJJhK-c08

Saya membangun kebiasaan membaca buku sejak semester pertama kuliah. Selain membaca saya juga mengoleksinya. Sesekali buku yang sedang dibaca saya pamerkan. Membaca banyak buku adalah kebanggaan waktu itu.

Saya harus banyak membaca jika ingin punya wawasan. Karena waktu itu saya ingin jadi orang pandai. Sebenarnya jalan saya sudah benar. Biar pandai memang harus banyak membaca.

Namun setelah lulus kuliah saya sadar, pandai tidak sama dengan mampu. Kepandaian bisa dibangun dengan banyak membaca. Tapi kemampuan tidak dibangun dengan menjejali otak dengan banyak informasi.

Jalan membangun kemampuan adalah dengan melatihnya berulang-ulang. Repetisi. Kemauan untuk berlatihlah yang membuat kamu mampu dan menguasai suatu bidang. Bukan dengan membaca.

Saya sudah membaca belasan buku marketing. Jika saya diminta untuk menjelaskan apa itu marketing, saya bisa menjelaskan dengan fasih konsepnya dari hulu dan kehilir. Tapi saya belum tentu bisa menjual satu produkpun.

Dari sini saya belajar, untuk menguasai hal baru saya harus menyiapkan dua hal. Pertama mindset yang benar, kedua kesabaran untuk mempraktikan.

Mindset yang benar itu maksudnya begini. Jika kamu ingin menguasai suatu keahlian baru, sadari kamu butuh jam terbang untuk sampai level bisa atau mahir.

Untuk bisa menjual 1000 produk, kamu harus bisa menjual minimal 1 produk dulu. Tidak ada yang instan. Jadi jangan langsung merasa tidak berbakat ketika sekali jualan tidak ada yang beli.

Kedua adalah kemauan untuk practice atau berlatih. Ini fundamen dasar untuk menguasai suatu keahlian. Seorang pemain bola handal dimulai dari kemauan berlatih keras. Tanpa berlatih, bahkan ia tak cakap bagaimana mengoper bola.

Lalu dimana fungsi buku bacaan? Buku akan mempengaruhi mindset seseorang. Mindset inilah yang akan menentukan bagaimana seseorang berlatih.

Orang yang tidak pernah membaca buku bagaimana sosial media marketing yang efektif, ia berjualan dengan cara spamming di feed. Postang posting sampe pegel, tanpa mau mengeluarkan biaya. Karena dia mikir sosial media marketing itu murah.

Tapi kalau sering membaca, dia tahu jika sosmed marketing itu tidak murah. Untuk dapat hasil maksimal ada biaya yang harus diinvestasikan. Artinya ada juga resiko yang harus dia tanggung.

Sehingga, alih-alih belajar bikin konten dan postang-posting, orang yang paham sosmed marketing memilih untuk berlatih investasi. Belajar meletakkan uang di tempat yang benar di sosial media.

Jadi, membaca buku itu bukan untuk menjejali otak dengan informasi. Apalagi mencoba untuk menghafalnya. Itu seperti menabur pasir di gurun. Buat apa?

Bacalah buku untuk mendapat insight, ide bagus, intelektual, informasi terbaru, pengingat atau hikmah.

--

--