Bagaimana mengelola startup di masa-masa awal.

Aef Setiawan
4 min readApr 2, 2019

--

Photo by Venveo on Unsplash

Kali ini saya mau nulis tentang engineering kelembagaan startup dimasa-masa awal. Bahkan awal banget. Bahannya dari praktik sehari-hari kami di pedihelp.id, startup yang membantu menemukan dan memesan tukang secara online.

Di pedihelp saya kebetulan berperan lebih banyak dalam melakukan engineering kelembagaan agar tim bisa bekerja lebih produktif, lebih cepat dan responsif. Peran bisnis dan engineering teknologi di back-up oleh co-founder lain.

Ngurusin kelembagaan itu gak gampang apalagi buat founder yang tidak punya pengalaman beroganisasi dan gak punya mentor. Karena pada fase ini teori yang ditulis dalam buku manajemen belum sepenuhnya kontekstual dengan kondisi startupmu.

Teori-teori manajemen, apapun jenisnya, umunya bias sistem perusahaan mapan. Tapi bukan berarti kamu enggak baca buku, cuma jangan langsung dipraktikan mentah-mentah.

Nah, sekarang saya mau sharing beberapa hal penting dalam melakukan dalam mengelola kelembagaan dalam startup di tahap awal. Yaitu saat startupmu masih berisi tim founder, belum berjubel dengan karyawan. Berikut saya sarikan enam hal penting dalam mengelola startup

  1. Bikin Goal, Millestone, Objectives (GMO)

Goal adalah target yang ingin startup capai dalam satu periode tertentu. Millestone adalah tahapan apa saja yang harus dicapai agar untuk sampai pada goal. Sementar Objectives adalah apa saja yang harus kamu kerjakan untuk mencapai setiap fase millestone.

Biar gampang, contohnya begini. Misal kamu punya goal dapat 30 user dalam 30 hari. Maka millestonenya minggu pertama dapat 1 user, minggu kedua 5 user, minggu ketiga 10 user dan minggu keempat 14 user. Maka dalam setiap minggu kamu punya 1 millestone.

Untuk mencapai millestone di Minggu pertama, objectives kamu apa saja. Misal posting 10 konten instagram, sebar brosur ke 100 orang dan lain sebagainya. Karena minggu kedua mau dapat 5 user, maka kamu juga harus menyusun objektives yang tepat untuk mendapat 5 user.

Objectives maksudnya sama kaya task ya? Yes. Di pedihelp kami mendefinisikannya seperti itu.

2. Hindari jabatan Fungsional

Di pedihelp.id kami bersepakat tidak menggunakan jabatan CEO, setidaknya untuk sementara waktu. Juga tidak dengan titel CTO, COO, CMO atau manager ini dan itu. Kecuali untuk keperluan eksternal yang sifatnya mendesak.

Adanya titel C- Level, berdasarkan pengalaman saya, justru memperlambat laju dan ketangkasan tim. Karena kalau sudah ada CEO, akan muncul hierarki. Akan ada orang yang posisinya diatas dan dibawah. Daripada membuat hierarki, lebih baik menempatkan semua founder atau tim end to end dengan user.

End to end itu maksudnya bersinggungan langsung dengan costumer. Misal UX Designer membuat design web, maka ia harus tau dampak desain yang dibuatnya terhadap user . Jika tingkat engagement design-nya tinggi maka harus tau bagaimana mempertahankannya. Tapi jika rendah, dia harus menjadi orang pertama yang tahu bagaimana memperbaikinya.

Namun jika sudah hierarkies, kalau ada masalah dalam desain maka CEO menjadi orang pertama yang memikirkannya, mending kalau dia paham. Prinsipnya sih, setiap orang harus bertanggung jawab secara mandiri atas apa yang sudah dia kerjakan.

3. Fokus kelola Objectives/Task

Memastikan setiap orang punya kerjaan yang jelas, tertulis, dan terekam itu lebih penting ketimbang ratusan arahan kerja secara lisan. Karena sebagai leader, fokusmu utamamu adalah mengelola task/objective, bukan people.

Di pedihelp saya tidak terlalu fokus mengelola orang (manage people), karena bisa sudah bisa mengelola diri mereka sendiri. Saya juga tidak merasa harus memimpin (lead people) berlebihan, karena mereka sudah bisa mimpin diri mereka sendiri.

Jadi, di fase ini startup kamu harus punya tim founder yang bisa dan bersedia bekerja secara teknis. Juga harus mau bekerja tanpa role yang jelas dan jobdesk-nya berubah-ubah sesuai dinamika startup itu sendiri. Hari ini sibuk ngoding, besoknya ikut nyebar brosur.

4. Bagi tim menjadi dua

Ketimbang langsung bikin divisi Marketing, Sales, Desain dan sebagainya, lebih baik tim cukup dibagi secukupnya saja. Eric Ries, penulis buku Lean Startup, menyarankan tim dibagi menjadi tim solusi dan problem . Steve Blank, bapak gerakan startup, bahkan menyarakan jangan ada C-Level dulu, tapi cukup costumer development team saja.

Di pedihelp kami membagi tim menjadi dua, engineering dan bussines. Tim bussines menghabiskan banyak waktunya di dalam ruangan (ngoding, benerin bug, dll), dan tim bisnis menghabiskan banyak waktu diluar ruangan (ketemu sama costumer, tukang, vendor, dll).

Dengan adanya dua peran, kordinasi jadi lebih mudah. Tim bisnis menceritakan masalah-masalah yang dihadapi oleh user ataupun mitra kami dilapangan. Mencari solusinya bersama-sama lalu diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman oleh tim engineering.

Sejauh pengalaman saya, pembagian peran ini cukup efektif di startup tahap awal.

5. Bikin Key Performance Indicator (KPI)

Di pedihelp kami punya tiga jenis KPI. Yaitu KPI yang di set pada level individu, pada level team, dan level company. Dengan adanya KPI kita bisa melakukan judgement secara objektif pada semua level, baik itu individu, tim dan startupnya.

KPI itu penting untuk merekam dan mengukur performa. Pada level individu, contoh KPI adalah jumlah task yang diselesaikan (task completion) atau kecepatan mengerjakan task (task velocity) dalam satu periode sprint. Sebenarnya banyak sekali jenis KPI, tapi set saja sesuai yang dibutuhkan.

6. Fokus pada Goal

Di pedihelp sering banget terjadi miskomunikasi antara tim bisnis dan engineering. Akibatnya proses pengembangan jadi lamban, karena apa yang sudah dikerjakan terpaksa harus direvisi ulang. Miskomunikasi juga membuat kita bekerja melenceng jauh dari goal (not align to goal).

Salah satu solusi biar tetap align to goal adalah dengan sering kerja bareng. Sehingga punya base camp atau tempat ngumpul itu juga penting. Tentu saja gak harus mewah atau sewa kantor puluhan juta per tahun. Yang penting ada tempat buat ngumpul aja.

Awalnya saya pikir anak millenial gak perlu kantor, bisa kerja remote. Kordinasi dan komunikasi cukup dengan Video Call atau pakai hangout. Namun ternyata itu tidak efektif untuk menjaga agar kerja tim tetap align dengan goal. Tapi itu di pedihelp sih, mungkin di startupmu berbeda.

**

Cukup sampai disini dulu ya, sharingnya. Jika kamu merasa tulisan ini bermamfaat silahkan berikan claps atau jika berfaedah silahkan dibagikan.

Thanks

--

--