Antara Peran dan Posisi dalam organisasi

Aef Setiawan
2 min readApr 12, 2018

--

Organisasi masa tradisional, selalu punya orang yang berposisi sebagai pemimpin. Nomenklaturnya beragam. Bisa ketua, Presiden atau Chief Executive Officer (CEO) bahkan ketua suku.

Nomenklatur diatas adalah eksekutif tertinggi dalam hierarki organisasi. Semua kebijakan, kekuasan dan pengambilan keputusan ada ditangan mereka.

Setiap organisasi punya cara pandang sendiri dalam melihat ketua atau CEO. Organisasi tradisional, melihat CEO sebagai posisi tertinggi dalam organisasi. Sementara organisasi modern, melihat CEO sebagai sebuah fungsi.

Organisasi Tradisional

Desain organisasi tradisional melihat hierarki struktur sebagai sebuah posisi. Posisi eksekutif tertinggi adalah CEO misalnya, lalu ada COO atu CMO di bawahnya. Semakin besar organisasi, semakin banyak pula level posisinya.

Dalam model ini, setiap posisi akan dilengkapi tugas pokok dan fungsi (tupoksi), job description (job desk).

Misal Job desk Chief Marketing Officer (CMO) adalah membuat strategi pemasaran. Maka orang yang menduduki posisi itu akan bekerja sesuai job desk yang ada. Dia tidak perlu mengerjakan tugas lain diluar jobdesk nya.

Kelemahan model ini, organisasi menjadi tidak responsive terhadap perubahan eksternal. Karena untuk mengunta ganti job desk ditengah perubahan yang cepat itu gak gampang

Organisasi modern

Organisasi modern melihat eksekutif seperi CEO, CMO dan CFO sebagai sebuah peran, bukan posisi. Sekalipun organisasi punya pohon hierarki yang tinggi, setiap level hierarki bukanlah posisi tapi peran dengan fungsi tertentu.

CEO punya peran kepemimpinan, CMO peran pemasaran dan CFO perannya pada keuangan organisasi.

Dalam model ini, yang dipakai adalah peran fungsi bukan jobdesk atau tupoksi. Jadi, apa fungsi peran CEO adalah organisasi? Oh fungsinya sebagai pembuat perencanaan, pengawasan, dan lain sebagainya.

Lalu apa fungsi seorang CMO? Oh ternyata organisasi butuh peran perencanan pemasaran dan relasi publik. Tapi jika kemudian hari organisasi butuh riset pemasaran, perannya bisa ditambah. Begitu juga jika tidak dibutuhkan, peran bisa dirubah.

Dengan pola pendekatan peran, organisasi bergerak lebih dinamis. Dari segi SDM mereka juga akan terpacu untuk mencari peran yang lebih besar bagi organisasi.

--

--