Alasan Membakar Buku dan Baju Kesayangan

Aef Setiawan
2 min readJun 25, 2020

--

https://unsplash.com/photos/saJ060B-sz4

Kemarin saya membakar 15 buah buku dan 5 potong pakaian. Teman saya protes. Eman katanya. Lebih baik bukunya dikasihkan orang. Pakaian di sumbang ke panti asuhan. Masih ada orang yang butuh diluar sana.

Dia benar. Tapi saya ingin mengajari pikiran saya tentang apa itu value, atau nilai. Saya suka baca buku dan mengoleksinya dari sejak semester pertama kuliah. Saya gemar memakai kaos dan celana bahan. Karena murah saya sering membeli keduanya.

Buku koleksi saya itu hanya jadi pajangan di rak dan kerap kali berantakan. Saya masih membaca buku, hanya saja lebih suka membacanya di gadget. Membaca buku digital di playbook lebih menyenangkan buat saya.

Dalam berpakaian biasanya saya ganti baju setiap sehari sekali. Artinya saya hanya butuh 7 potong pakaian dalam seminggu. Tapi kaos dan celana di lemari ada 15 potong. Belum jenis pakaian lain yang tidak pernah saya pakai.

Dari sini saya sadar ada banyak hal yang tidak bernilai disekitar saya. Tapi tetap saya jaga, saya sayangi. Buat apa punya koleksi buku tapi kalau baca buku pakai gadget. Buat apa punya 30 potong pakaian sementara 7 saja cukup.

Dari sini situ saya belajar pemahaman penting tentang apa itu value. Segala sesuatu dikatakan punya value selama memenuhi dua hal. Pertama adalah bermamfaat. Kedua sifatnya langka.

Pakaian itu sudah jelas mamfaatnya buat saya. Tapi karena jumlahnya melimpah, saya jadi sesuka hati ganti baju. Baju kotor menumpuk dimana-mana. Jika tidak dicuci jadi sarang nyamuk. Dilaundry ongkosnya jadi mahal.

Dengan cuma punya 7 potong baju, maka ia menjadi bernilai buat saya. Pertama karena bermamfaat, kedua karena jumlahnya hanya sedikit. Saya berusaha menjaganya jangan sampai hilang atau rusak, karena jumlahnya sedikit.

Sehingga value= less is more. Dengan baju yang sedikit, saya jadi hemat biaya laundry. Dengan buku yang sedikit di rak, jadi hemat waktu buat merapikan.

Dari membakar buku dan baju itu saya merefleksikan lebih jauh. Beda banyak sesuatu yang bersifat valueless (tidak bernilai) yang tetap saya pertahakan. Jika diinventarisir jumlahnya bisa banyak. Mulai dari ilmu pengetahuan sampai kebiasaan.

Kamu bisa mengindentifikasi sesuatu yang valueless di sekitarmu. Tentu caranya tidak harus dibakar.

--

--